Bahan pelat terdiri dari berbagai jenis bahan. Secara garis besar bahan pelat ini dikelompokkan menjadi dua bagian besar yakni : bahan pelat logam ferro dan pelat logam non ferro . Bahan pelat logam ferro ini diantaranya adalah pelat baja lembaran yang banyak beredar di pasaran. Bahan pelat dari logam non ferro ini diantaranya bahan pelat allumanium, tembaga, dan kuningan. Sifat-sifat bahan pelat sangat penting untuk diketahui. Sifat-sifat bahan ini sangat berpengaruh terhadap prpses pembentukan yang akan dilakukan pada bahan pelat tersebut. Kualitas suatu bahan sangat ditentukan oleh sifat mampu bentuk dari bahan. Biasanya bahan pelat dihasilkan dari proses pengerolan dengan tekanan tinggi. Proses ini menghasilkan pelat dengan struktur memanjang. Struktur mikro yang terbentuk memanjang dari hasil pengerolan ini memberikan kontribusi yang baik terhadap proses pembentukan pelat. Struktur memanjang ini memberikan sifat yang lebih elastis dari bahan pelat lembaran tersebut. Kondisi ini perlu diketahui. Secara umum bahan-bahan logam ini mempunyai sifat-sifat fisik dan sifat kimiawi terhadap efek kualitas pengerjaannya.
Sifat-sifat bahan logam ini diantaranya:
• Setiap bahan logam mempunyai masa jenis yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
• Warna bahan logam juga merupakan ciri khusus dari setiap bahan.
• Bahan logam mempunyai titik lebur yang berbeda untuk setiap jenis bahan logam.
• Bahan logam dapat juga sebagai penghantar panas dan sebagai penghantar listrik. Bahan logam yang paling baik untuk penghantar panas dan penghantar listrik diantarnya tembaga dan perak.
• Sifat kemagnitan juga dimiliki oleh setiap bahan logam. Bahan logam yang baik sifat kemagnitannya antara lain: baja, cobal, nikel dan sebagainya.
• Sifat elastis atau kemampuan logam untuk kembali kekeadaan semula setelah mengalami pembebanan, juga dimiliki setiap bahan logam. Elastisitas dari suatu bahan logam mempunyai batasan menurut jenisnya masing-masing.
• Bahan logam mempunyai ukuran kekerasan yang dapat diukur tingkat kekerasannya dengan berbagai macam pengujian kekerasan. Uji kekerasan untuk bahan logam ini diantaranya: Brinell, Vickerss, Rockwell, Shore. Biasanya kekerasan suatu bahan logam dipengaruhi oleh kandungan karbon pada bahan logam tersebut. Semangkin besar kandungan karbonnya pada bahan logam maka kekerasannya juga akan bertambah.
• Sifat kelunakan juga dimiliki oleh setiap bahan logam. Kelunakan suatu bahan logam ini perlu diperhitungkan pada pekerjaan pembentukan. Apabila logam mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi maka akan sangat menyulitkan untuk dilakukan proses pembentukan.
• Sifat rapuh dimiliki setiap bahan logam khususnya pada besi tuang. Sifat rapuh atau mudah pecah ini sangat kurang baik terhadap proses pembentukan pelat. Untuk mengatasi sifat rapuh ini biasanya dibutuhkan penambahan unsur yang bersifat mengikat seperti: Si (silisium).
• Keuletan yang dimiliki bahan logam tidak sama dengan kelunakan ataupun elastisitas. Keuletan ini sangat dibutuhkan untuk beberapa komponen-komponen permesinan. Sifat ulet ini biasanya dikombinasikan dengan sifat kekerasannya, Kombinasi ini mengahsilkan bahan yang keras tetapi ulet. Contoh penggunaan bahan untuk komponen permesinan ini digunakan untuk menerima beban dinamis.
• Setiap bahan logam mempunyai sifat rentangan yang berbeda. Sifat rentangan ini sangat dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan pembentukan khususnya pada pekerjaan deep drawing.
Lembaran-lembaran pelat yang tersedia di pasaran terdiri berbagai macam jenis bahan diantaranya:
1. Pelat Seng
2. Pelat Baja
3. Pelat Baja Paduan
4. Pelat Alumanium
5. Pelat Alumanium campuran (alloy)
6. Pelat Tembaga
7. Pelat Kuningan
8. Pelat Perunggu
Dimensi atau ukuran lembaran pelat yang ada di pasaran ini terdiri dari dua jenis ukuran diantaranya:
1. Ukuran Panjang 1800 mm x Lebar 900 mm dengan tebal bervariasi
2. Ukuran Panjang 2400 mm x Lebar 1200 mm dengan tebal Bervariasi
Ukuran ketebalan pelat yang ada di Pasaran sangat bervariasi mulai dari ukuran tipis sampai pada ukuran yang tebal. Menurut British Standard (B.S 4391) ukuran ketebalan tersedia seperti pada table berikut.
Tabel 3.4 Ketebalan Pelat B.S 4391
No Tebal Pelat (mm) No Tebal Pelat (mm)
1 0,020 18 0,400
2 0,025 19 0,500
3 0,030 20 0,600
4 0,032 21 0,630
5 0,040 22 0,800
6 0,050 23 1,000
7 0,060 24 1,250
8 0,063 25 1,600
9 0,080 26 2,000
10 0,100 27 2,500
11 0,120 28 3,150
12 0,125 29 4,000
13 0,165 30 5,000
14 0,200 31 6,300
15 0,250 32 8,000
16 0,300 33 10,00
17 0,315
(British Standard, 1992)
Alumanium dan alumanium alloy mempunyai standard ukuran tersendiri. Pelat alumanium yang berbentuk lembaran menurut B.S 1470 mempunyai Ukuran :
1. Panjang 2000 mm x Lebar 1000 mm
2. Panjang 2500 mm x Lebar 1250 mm
Ukuran ketebalan pelatnya berkisar antara 0,5 mm s/d 3 mm.
Ukuran-ukuran pelat yang ada di pasaran terdiri dari dua jenis ukuran yakni ukuran Metric dan Imperial unit. Ukuran imperial unit dalam satuan inci dan ukuran metric dalam satuan mm. Ukuran ketebalan pelat distandardkan menurut ISWG sebagai berikut:
Tabel 3.5 Ketebalan Pelat ISWG
No ISWG Mm
1 28 0,40
2 26 0,50
3 24 0,60
4 22 0,80
5 20 1,00
6 18 1,20
7 16 1,60
8 14 2,00
9 12 2,50
10 10 3,00
(British Standard, 1992)
Bentuk palat yang umum dipasaran adalah bentuk rata yang terdiri dari semua jenis bahan pelat. Ukuran dan bentuk lembaran pelat ini disesuaikan menurut standar ukuran dan bentuknya. Bentuk-bentuk lembaran pelat ini umumnya di pasaran terdiri dari dua jenis yakni pelat rata dan pelat berusuk, pelat bentuk setengah lingkaran dan pelat bentuk trapesium. Pelat yang banyak beredar di pasaran adalah pelat rata yang terdiri dari berbagai jenis bahan. Pelat berusuk ini biasanya hanya terdiri dari bahan pelat baja saja. Gambar pelat rata dan pelat berusuk ini dapat dilihat pada gambar berikut:
1. Bentuk Rata Pelat yang mempunyai permukaan Datar
2. Bentuk Berusuk Pelat yang mempunyai permukaan berusuk atau tidak licin
3. Bentuk Bergelombang Setengah Lingkaran. Pelat yang mempunyai permukaan bergelombang membentuk setengah lingkaran
4. Bentuk Gelombang Trapesium Pelat yang mempunyai Permukaan Bergelombang Trapesium
Bahan Pelat Aluminium
Aluminium diperoleh dari bahan-bahan paduan dengan persenyawaan dari spaat kali (K Al Si3 O8), bauksit (Al2 O3 2H2O) dan kreolit suatu aluminium natrium flourida (Al F3 NaF). Pembuatannya dilebur dalam suatu dapur secara elektrolitis. Aluminium berwarna putih kebiru-biruan dan lebih keras daripada timah, akan tetapi lebih lunak daripada seng. Titik cair aluminium adalah 659 0 C dan berat jenisnya 2,6 – 2,7. Aluminium terdapat dua macam yaitu :
1. Aluminium tuangan mempunyai kekuatan tarik sebesar 10 kg/mm2 dan regangannya 18 – 25%.
2. Aluminium tempa mempunyai kekuatan tarik sebesar 18 – 28 kg/mm2 dan regangannya 3 – 5%
Aluminium tahan terhadap udara akan tetapi tidak tahan terhadap bahan-bahan alkalis (sabun atau soda) dan juga tidak tahan asam, selain asam sendawa (salpeterzuur) dan asam-asam organik yang telah dilunakkan. Kegunaan aluminium adalah untuk logam aliase yang ringan, untuk pembuatan mesin motor dan pesawat terbang, baik dituang maupun dalam bentuk pelat dan batang, dan untuk penghasil kalor yang besar misalnya untuk alat-alat pemanasan. Atom aluminium pada dasarnya terlalu kuat bergabung dengan atom oksigen dan disebut aluminium oksid. Bijih tambang untuk aluminium adalah bauksit. Bauksit terdiri dari 60% alumina (Al203), 30% iron oksida (Fe203) sejumlah SiO dan lain-lain. Dalam hal ini agak sulit memisahkan alumina dari bauksit. Tidak dapat dengan pemanasan kokas atau embusan oksigen, karena logamnya akan terbakar terlebih dahulu dan yang tertinggal adalah kotorannya. Bijih bauksit mula-mula dimurnikan dengan proses kimia dan aluminium oksid murni diuraikan dengan elektrolisis. Proses berikut ini adalah yang sering sekali dilakukan dalam pengolahan aluminium yang modern. Bauksit dimasukkan ke dalam kaustik soda, alumina di dalamnya membentuk sodium Bijih bauksit mula-mula dimurnikan dengan proses kimia dan aluminium oksid murni diuraikan dengan elektrolisis. Proses berikut ini adalah yang sering sekali dilakukan dalam pengolahan aluminium yang modern. Bauksit dimasukkan ke dalam kaustik soda, alumina di dalamnya membentuk sodium aluminate. Bagian yang lain tidak bereaksi dan dapat dipisahkan.
Sifat-sifat aluminium
Warna aluminium dengan mudah diidentifikasikan dengan warna perak mengkilap yang khas. Warnanya berubah menjadi kelabu muda akibat pembentukan oksida apabila diletakkan di udara. Lapisan ini pada waktu baru berbentuk berpori dan dapat diberi warna dengan dicelup, kemudian dirapatkan (disebut penganodaan). Oksida ini sangat ulet dan tahan api. Temperatur lebur aluminium murni 660 0C. Paduan-paduan antara 520 dan 660 0C (M.P. atau titik lebur dari oksida aluminium lebih dari tiga kali temperatur ini), massanya adalah 2,79 g/cm3. Aluminium ringan sekali dibandingkan dengan logam-logam lain dan mempunyai konduktivitas yang sangat baik tetapi aluminium tidak bersifat magnetis. Kekuatan tarik dan kekerasan aluminium, dapat berubah-ubah dari sekitar 25 Hv untuk aluminium murni sampai di atas 165 Hv untuk aluminium yang dikeraskan dengan
pengerjaan dingin dan dikeraskan dengan proses pendinginan cepat. Koefisien ekspansi linear 25,6 x 10-6 per 0C. Keuletan, plastisitas, dan kemampu muluran aluminium sangat baik. Aluminium ini dengan mudah diketam dan dibentuk, baik
panas maupun dingin. Selama pengerjaan dingin, bahan aluminium mudah dikeraskan. Untuk pengerjaan selanjutnya diperlukan penganealan untuk melunakkannya. Jika tidak dilunakan bisa berakibat keretakan pada bahan aluminium. Ketahanan terhadap defleksi, penampang aluminium perlu lebih tebal untuk menahan defleksi yang sama dari pada penampang ekivalen untuk baja. Untuk melunakkan aluminium dipanasi sampai antara 350 – 400 0C.