Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Motor Starter Elektrik Diesel

Sabtu, 03 Desember 2011


starter
 Motor starter ini banyak digunakan pada motor Diesel berukuran kecil dan menengah. Motor listrik yang dipergunakan jenis DC baik dengan lilitan seri atau compound, dan bekerja pada tegangan 12, 24, dan 32 volt, sesuai dengan ukuran kapasistas motor Diesel. Untuk motor Diesel yang berukuran besar dilakukan reduksi putaran untuk mendapatkan momen yang besar, namun dengan memperhitungkan putaran mesin yang dihasilkan.
Arus listrik untuk memutar motor starter disuply oleh battery. Battery tersebut dapat diisi kembali menggunakan generator atau alter-nator dengan perlengakapan pengatur besarnya arus yang diperlukan.
Konstruksinya sama dengan yang dipergunakan pada motor bensin. Didalamnya terdapat motor Dc yang dihubungkan ke roda gigi pinion melalui sebuah kopling. Untuk menghubungkan pinion gear dengan fly wheel dipergunakan solenoid. Cara kerjanya, saat kunci kontak diarahkan keposisi start, maka arus battery akkan mengalir kekumparan pada solenoid hingga terbentuk medan  magnit yang menarik plunyer kearah kiri. Gerakan ini membawa pinion gear kearah kanan berhubungan dengan fly wheel, sementara gerakan kekiri plunyer mendorong switch yang menghubungkan arus dari battery masuk kemotor listrik. Dengan demikian motor berputar dan memutar pinion gear dan memutar fly wheel

sensor EFI

Kamis, 01 Desember 2011

  SENSOR-SENSOR YANG TERDAPAT PADA EFI


Macam macam sensor yang terdapat pada EFI yaitu :
1.      Air flow meter
2.      Throttle position sensor (TPS)
3.      Water temperature sensor (THW)
4.      Intake air temperature sensor (THA)
5.      Engine ignation signal (IG)
6.      Starter signal (STA)
7.      Oxygen sensor

A.    Air Flow Meter

Air flow meter adalah salah satu dari sensor yang paling utama, karena digunakan untuk mendeteksi volume intake udara dan mengirimkan signal ke ECU. Air flow meter terdiri dari measuring plate, return spiring, dan potentiometer.
Air flow meter dipasang pada intake sistem. Volume udara yang masuk kedalam silinder ditentukan oleh membukanya throttle valve dan putaran mesin. Udara yang mengalir melalui air flow meter membuka measuring plate yang ditahan oleh return spring. Measuring plat dan potentiometer bergerak pada sumbu yang sama sehingga sudut membukanya measuring plat dirubah menjadi perbandingan teegangan oleh potentiometer. Perbandingan tegangan ini akan diterima oleh ECU dalam bentuk voltage signal.


B.     Throttle Position Sensor (TPS)

Throttle position sensor dipasang jadi satu dengan throttle body. Sensor ini merubah sudut membukanya throttle menjadi tegangan dan mengirimnya ke ECU sebagai signal sudut terbukanya throttle valve. Signal yang dikeluarkan oleh throttle position sensor ada dua yaitu, signal IDL dan signal PSW. Signal IDL digunakan untuk fuel cut off control, dan signal PSW digunakan untuk menambah injeksi bahan bakar dan out put mesin.
Kontruksi
1.      Lever (dipasang satu poros dengan throttle valve)
2.      Guide cam (digerakan oleh lever)
3.      Moving contact point (bergerak sepanjang jalur guide cam)
4.      Idle point dan,
5.      Power point digunakan sebagai terminal output power
Bila throttle valve posisi tertutup (kurang dari 1,50 posisi tertutup penuh) moving point (TL) dan idling point ini juga digunakan untuk fuel cut off selama pengurangan kecepatan (deselerasi). Saat throttle valve terbuka sekitar 500 atau 600 dari posisi tertutup moving point dan power point (PSW) berhubungan (tertutup).

C.     Water Temperature Sensor (THW)


Sensor ini mendeteksi suhu air pendingin dengan thermistor yang ada didalamnya. Bila temperatur masih rendah, penguapan bensin akan rendah, sehingga diperlukan campuran yang gemuk. Dengan alasan ini bila suhu air pendingin rendah tahanan dari thermistor  besar dan signal tegangan yang dihasilkan sensor ini akan tinggi dan selanjutnya signal ini dikirim ke  ECU. Berdarsarkan signal ini  ECU menambahkan volume  bahan bakar yang di injeksikan agar menambah kemampuan pengendaraan selama mesin dingin.

D.    Intake Air Temperature Sensor (THA)



Sensor ini mendeteksi suhu udara yang masuk seperti halnya water temperature sensor, sensor ini dilengkapi thermister dan diletakkan. Di dalam air flow meter.oleh karena itu meskipun volume udara yang diukur air flow meter kemungkinan sama, tetapi jumlah injeksi bahan bakar akan berubah-ubah sesui dengan berbahnya temperature diatas 200 C  dan bertambah bila temperature di bawah temperature 20 C. Dalam hal ini perbandingan udara dan bahan bakar dijamin ketepatnnya walau bagaimana keadaan temperaturnya.

E.     Sinyal Pengapian Mesin (IG)

Sinyal ini sangat penting untuk ECU untuk menentukan waktu pengapian ( ignition timing ) dan rpm mesin sinyal ini digunakan untuk mengkalkulasi penentuan awal volume bahan bakar yang diinjeksikan dan penghentian bahan bakar (fuel cut off). Bila tegangan pada terminal negative ignition coil mencapai atau melebihi 150 volt, akan menditeksi sinyal primary ini.



F.      Sinyal Starter (STA)
Sinyal STA ini digunakan jika poros engkol mesin diputar oleh starter motor. Selama poros engkol diputar (mesin berputar), aliran udara lambat dan suhu udara rendah sehinga penguapan bahan bakar tidak baik (campuran akan kurus). Untuk meningkatkan kemampuan start mesin (agar mesin mudah hidup) diperlukan campuran yang kaya. Sinyal STA ini akan digunakan untuk menambah volume injeksi selama mesin distarter.


G.    Sensor Oxigen (02 Sensor)     



Pada mesin-mesin yang dilengkapi dengan TWC (three-way catalytic converter) agar tercapai kemampuan pembersihan gas buang yang keluar, diperlukan mempertahankn air fuel ratio (AFR) yang mendekati AFR teoritis .

Sensor oxygen mensensor apakah AFR kaya atau kurus terhadap AFR teoritis. Sensor oxygen ini ditempatkan di dalam exhaust manifold yang terdiri dari lemen yang dibuat dari zirconium dioxide (ZrO2, semacam material keramik). Elemen ini dilapisi lapisan tipis platinium pada bagian dalam dan luarnya. Bila campuran udara dan bahan bakar kurus, terdapat banyak oxygen didalam gas buang. Jadi ada sedikit perbedaan antara konsentrasi oxygen pada bagian dalam dan luar sensor elemen. Sehingga tegangan yang terbentuk oleh elemen ZrO2 rendah. Sebaliknya, bila campuran udara dan bahan bakar kaya, oxygen didalam gas buang hampir hilang. Hal ini tejadi perbedaan konsentrasi oxygen yang besar di dalam dan diluar sensor dan teangan yang terbentuk oleh elemen-elemen zrO2 besar.
Platinium (yang melapisi elemen) bertindak sebagai catalyst, menyebabkan oxygen di dalam gas buang bereaksi dengan CO mengurangi volume oxygen dan meningkatkan sensitivitas sensor.

Jenis, Dimensi, dan Bentuk Plat

Senin, 21 November 2011



Bahan pelat terdiri dari berbagai jenis bahan. Secara garis besar bahan pelat ini dikelompokkan menjadi dua bagian besar yakni : bahan pelat logam ferro dan pelat logam non ferro . Bahan pelat logam ferro ini diantaranya adalah pelat baja lembaran yang banyak beredar di pasaran. Bahan pelat dari logam non ferro ini diantaranya bahan pelat allumanium, tembaga, dan kuningan. Sifat-sifat bahan pelat sangat penting untuk diketahui. Sifat-sifat bahan ini sangat berpengaruh terhadap prpses pembentukan yang akan dilakukan pada bahan pelat tersebut. Kualitas suatu bahan sangat ditentukan oleh sifat mampu bentuk dari bahan. Biasanya bahan pelat dihasilkan dari proses pengerolan dengan tekanan tinggi. Proses ini menghasilkan pelat dengan struktur memanjang. Struktur mikro yang terbentuk memanjang dari hasil pengerolan ini memberikan kontribusi yang baik terhadap proses pembentukan pelat. Struktur memanjang ini memberikan sifat yang lebih elastis dari bahan pelat lembaran tersebut. Kondisi ini perlu diketahui. Secara umum bahan-bahan logam ini mempunyai sifat-sifat fisik dan sifat kimiawi terhadap efek kualitas pengerjaannya.
Sifat-sifat bahan logam ini diantaranya:
 Setiap bahan logam mempunyai masa jenis yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Warna bahan logam juga merupakan ciri khusus dari setiap bahan.
Bahan logam mempunyai titik lebur yang berbeda untuk setiap jenis bahan logam.
 Bahan logam dapat juga sebagai penghantar panas dan sebagai penghantar listrik. Bahan logam yang paling baik untuk penghantar panas dan penghantar listrik diantarnya tembaga dan perak.
 Sifat kemagnitan juga dimiliki oleh setiap bahan logam. Bahan logam yang baik sifat kemagnitannya antara lain: baja, cobal, nikel dan sebagainya.
 Sifat elastis atau kemampuan logam untuk kembali kekeadaan semula setelah mengalami pembebanan, juga dimiliki setiap bahan logam. Elastisitas dari suatu bahan logam mempunyai batasan menurut jenisnya masing-masing.
Bahan logam mempunyai ukuran kekerasan yang dapat diukur tingkat kekerasannya dengan berbagai macam pengujian kekerasan. Uji kekerasan untuk bahan logam ini diantaranya: Brinell, Vickerss, Rockwell, Shore. Biasanya kekerasan suatu bahan logam dipengaruhi oleh kandungan karbon pada bahan logam tersebut. Semangkin besar kandungan karbonnya pada bahan logam maka kekerasannya juga akan bertambah.
 Sifat kelunakan juga dimiliki oleh setiap bahan logam. Kelunakan suatu bahan logam ini perlu diperhitungkan pada pekerjaan pembentukan. Apabila logam mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi maka akan sangat menyulitkan untuk dilakukan proses pembentukan.
 Sifat rapuh dimiliki setiap bahan logam khususnya pada besi tuang. Sifat rapuh atau mudah pecah ini sangat kurang baik terhadap proses pembentukan pelat. Untuk mengatasi sifat rapuh ini biasanya dibutuhkan penambahan unsur yang bersifat mengikat seperti: Si (silisium).
 Keuletan yang dimiliki bahan logam tidak sama dengan kelunakan ataupun elastisitas. Keuletan ini sangat dibutuhkan untuk beberapa komponen-komponen permesinan. Sifat ulet ini biasanya dikombinasikan dengan sifat kekerasannya, Kombinasi ini mengahsilkan bahan yang keras tetapi ulet. Contoh penggunaan bahan untuk komponen permesinan ini digunakan untuk menerima beban dinamis.
 Setiap bahan logam mempunyai sifat rentangan yang berbeda. Sifat rentangan ini sangat dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan pembentukan khususnya pada pekerjaan deep drawing.

Lembaran-lembaran pelat yang tersedia di pasaran terdiri berbagai macam jenis bahan diantaranya:
1. Pelat Seng
2. Pelat Baja
3. Pelat Baja Paduan
4. Pelat Alumanium
5. Pelat Alumanium campuran (alloy)
6. Pelat Tembaga
7. Pelat Kuningan
8. Pelat Perunggu
Dimensi atau ukuran lembaran pelat yang ada di pasaran ini terdiri dari dua jenis ukuran diantaranya:
1. Ukuran Panjang 1800 mm x Lebar 900 mm dengan tebal bervariasi
2. Ukuran Panjang 2400 mm x Lebar 1200 mm dengan tebal Bervariasi
Ukuran ketebalan pelat yang ada di Pasaran sangat bervariasi mulai dari ukuran tipis sampai pada ukuran yang tebal. Menurut British Standard (B.S 4391) ukuran ketebalan tersedia seperti pada table berikut.
Tabel 3.4 Ketebalan Pelat B.S 4391
No Tebal Pelat (mm) No Tebal Pelat (mm)
1          0,020                  18                 0,400
2          0,025                  19                 0,500
3          0,030                  20                 0,600
4          0,032                  21                 0,630
5          0,040                  22                 0,800
6          0,050                  23                 1,000
7          0,060                  24                 1,250
8          0,063               25                    1,600
9          0,080              26                    2,000
10        0,100               27                    2,500
11        0,120               28                    3,150
12        0,125             29                    4,000
13        0,165               30                    5,000
14        0,200               31                    6,300
15        0,250               32                    8,000
16        0,300               33                    10,00
17        0,315
(British Standard, 1992)

Alumanium dan alumanium alloy mempunyai standard ukuran tersendiri. Pelat alumanium yang berbentuk lembaran menurut B.S 1470 mempunyai Ukuran :
1. Panjang 2000 mm x Lebar 1000 mm
2. Panjang 2500 mm x Lebar 1250 mm
Ukuran ketebalan pelatnya berkisar antara 0,5 mm s/d 3 mm.
Ukuran-ukuran pelat yang ada di pasaran terdiri dari dua jenis ukuran yakni ukuran Metric dan Imperial unit. Ukuran imperial unit dalam satuan inci dan ukuran metric dalam satuan mm. Ukuran ketebalan pelat distandardkan menurut ISWG sebagai berikut:
Tabel 3.5 Ketebalan Pelat ISWG
No    ISWG  Mm
1          28        0,40
2          26         0,50
3          24         0,60
4          22         0,80
5          20        1,00
6          18        1,20
7          16        1,60
8          14         2,00
9          12        2,50
10        10        3,00
(British Standard, 1992)
Bentuk palat yang umum dipasaran adalah bentuk rata yang terdiri dari semua jenis bahan pelat. Ukuran dan bentuk lembaran pelat ini disesuaikan menurut standar ukuran dan bentuknya. Bentuk-bentuk lembaran pelat ini umumnya di pasaran terdiri dari dua jenis yakni pelat rata dan pelat berusuk, pelat bentuk setengah lingkaran dan pelat bentuk trapesium. Pelat yang banyak beredar di pasaran adalah pelat rata yang terdiri dari berbagai jenis bahan. Pelat berusuk ini biasanya hanya terdiri dari bahan pelat baja saja. Gambar pelat rata dan pelat berusuk ini dapat dilihat pada gambar berikut:
1. Bentuk Rata Pelat yang mempunyai permukaan Datar
2. Bentuk Berusuk Pelat yang mempunyai permukaan berusuk atau tidak licin
3. Bentuk Bergelombang Setengah Lingkaran. Pelat yang mempunyai permukaan bergelombang membentuk setengah lingkaran
4. Bentuk Gelombang Trapesium Pelat yang mempunyai Permukaan Bergelombang Trapesium


Bahan Pelat Aluminium
Aluminium diperoleh dari bahan-bahan paduan dengan persenyawaan dari spaat kali (K Al Si3 O8), bauksit (Al2 O3 2H2O) dan kreolit suatu aluminium natrium flourida (Al F3 NaF). Pembuatannya dilebur dalam suatu dapur secara elektrolitis. Aluminium berwarna putih kebiru-biruan dan lebih keras daripada timah, akan tetapi lebih lunak daripada seng. Titik cair aluminium adalah 659 0 C dan berat jenisnya 2,6 – 2,7. Aluminium terdapat dua macam yaitu :
1. Aluminium tuangan mempunyai kekuatan tarik sebesar 10 kg/mm2 dan regangannya 18 – 25%.
2. Aluminium tempa mempunyai kekuatan tarik sebesar 18 – 28 kg/mm2 dan regangannya 3 – 5%
Aluminium tahan terhadap udara akan tetapi tidak tahan terhadap bahan-bahan alkalis (sabun atau soda) dan juga tidak tahan asam, selain asam sendawa (salpeterzuur) dan asam-asam organik yang telah dilunakkan. Kegunaan aluminium adalah untuk logam aliase yang ringan, untuk pembuatan mesin motor dan pesawat terbang, baik dituang maupun dalam bentuk pelat dan batang, dan untuk penghasil kalor yang besar misalnya untuk alat-alat pemanasan. Atom aluminium pada dasarnya terlalu kuat bergabung dengan atom oksigen dan disebut aluminium oksid. Bijih tambang untuk aluminium adalah bauksit. Bauksit terdiri dari 60% alumina (Al203), 30% iron oksida (Fe203) sejumlah SiO dan lain-lain. Dalam hal ini agak sulit memisahkan alumina dari bauksit. Tidak dapat dengan pemanasan kokas atau embusan oksigen, karena logamnya akan terbakar terlebih dahulu dan yang tertinggal adalah kotorannya. Bijih bauksit mula-mula dimurnikan dengan proses kimia dan aluminium oksid murni diuraikan dengan elektrolisis. Proses berikut ini adalah yang sering sekali dilakukan dalam pengolahan aluminium yang modern. Bauksit dimasukkan ke dalam kaustik soda, alumina di dalamnya membentuk sodium Bijih bauksit mula-mula dimurnikan dengan proses kimia dan aluminium oksid murni diuraikan dengan elektrolisis. Proses berikut ini adalah yang sering sekali dilakukan dalam pengolahan aluminium yang modern. Bauksit dimasukkan ke dalam kaustik soda, alumina di dalamnya membentuk sodium aluminate. Bagian yang lain tidak bereaksi dan dapat dipisahkan.
Sifat-sifat aluminium
Warna aluminium dengan mudah diidentifikasikan dengan warna perak mengkilap yang khas. Warnanya berubah menjadi kelabu muda akibat pembentukan oksida apabila diletakkan di udara. Lapisan ini pada waktu baru berbentuk berpori dan dapat diberi warna dengan dicelup, kemudian dirapatkan (disebut penganodaan). Oksida ini sangat ulet dan tahan api. Temperatur lebur aluminium murni 660 0C. Paduan-paduan antara 520 dan 660 0C (M.P. atau titik lebur dari oksida aluminium lebih dari tiga kali temperatur ini), massanya adalah 2,79 g/cm3. Aluminium ringan sekali dibandingkan dengan logam-logam lain dan mempunyai konduktivitas yang sangat baik tetapi aluminium tidak bersifat magnetis. Kekuatan tarik dan kekerasan aluminium, dapat berubah-ubah dari sekitar 25 Hv untuk aluminium murni sampai di atas 165 Hv untuk aluminium yang dikeraskan dengan
pengerjaan dingin dan dikeraskan dengan proses pendinginan cepat. Koefisien ekspansi linear 25,6 x 10-6 per 0C. Keuletan, plastisitas, dan kemampu muluran aluminium sangat baik. Aluminium ini dengan mudah diketam dan dibentuk, baik
panas maupun dingin. Selama pengerjaan dingin, bahan aluminium mudah dikeraskan. Untuk pengerjaan selanjutnya diperlukan penganealan untuk melunakkannya. Jika tidak dilunakan bisa berakibat keretakan pada bahan aluminium. Ketahanan terhadap defleksi, penampang aluminium perlu lebih tebal untuk menahan defleksi yang sama dari pada penampang ekivalen untuk baja. Untuk melunakkan aluminium dipanasi sampai antara 350 – 400 0C.

 
MusicBox by edie666

Total Tayangan Halaman

Popular Posts